Menakar Sebuah Keberhasilan

on Wednesday 29 October 2008

Beberapa hari lalu, kalian dah wisuda. Eka, Wawan, Diar, Fanny, Tiska, Ijay, Sinta. Selamat ya...semoga kalian menjadi orang yang banyak bersyukur. Menjadi orang yang makin dewasa dalam bertindak dan berfikir.

Betul kan ternyata waktu empat tahun itu gak lama...rasanya baru kemarin kalian semua ngambil kuliah gambar, trus ikut rekrutasi asisten. Rasanya baru kemarin kalian bareng-bareng ngerjain tugas lab, proyek, dan kerjaan lain yang bikin jarang tidur, bolak-balik ke Lab, sampek harus begadang berhari-hari gak tidur. Hemm.. semuanya rasanya baru kemarin. Tapi ternyata semua itu sudah berlalu beberapa tahun... dan kini saatnya kalian meninggalkan rumah kalian di kampus itt.

Sebuah pesan yang sebenarnya pengen banget saya sampaikan ketika acara perpisahan... ya tapi rupanya hal itu gak kesampaian. Pesan singkat yang mungkinsudah nggak penting lagi untuk didengarkan. Tapi dari pada basi di kepalaku, gak ada salahnya kubuang saja disini.

Keberhasilan...masing-masing mempunyai takaran. Setiap kita akan berbeda alat dan cara untuk menakarnya. Tapi ada baiknya, kita sendirilah yang menakarnya, bukan dengan melihat orang lain. Menakar keberhasilan diri, agar kita selalu bersemangat untuk melakukan sesuatu. Agar kita tidak mudah untuk menyerah, dan tetap bersemangat untuk mengejarnya.

Difirmankan oleh Nya: bila selesai satu urusan maka kerjakan lah yang lain... karena akhir itu sebenarnya adalah awal dari sesuatu yang lain...terus, gak ada akhir sebenarnya. Akhir dari kuliah merupakan awal untuk memulai kehindupan yang lainnya, mencari kerja atau berkeluarga, dan seterusnya. Tidak ada akhir dalam kehidupan ini, kecuali kematian. Dan bahkan kematian adalah awal untuk kehidupan di tempat lainnya. Jadi kenapa kita harus berhenti?? Belum saatnya.

Dan sebenarnya, apapun yang kita usahakan, adalah upaya kita dalam menjemput takdir. Takdir akan bekerja dimana, hdiup dimana, menikah dengan siapa, punya anak berapa dan seterusnya. Ketentuan telah ada, dari sana nya, atau dari sesuatu yang telah diusahakan dan kemudian dikehendakiNya. Jadi jangan pernah merasa kawatir, selama kita masih mengusahakan, masih mengejar, maka sesungguhnya takdir telah menunggu kita untuk membawanya. Tidak usah gundah bila tak diterima di PT Ini atau PT itu.. karena memang bukan disitu tempat kita. Tapi kita harus gundah kalo kita gak mau lagi mengejarnya...

Hemm.. ijinkan untuk terakhir kalinya aku memanggil kalian dengan anak-anakku...mungkin sebentar lagi kalo kita bertemu, aku harus memanggilmu Pak mnajer, Ibu Direktur, atau apa saja.. yang mungkin menjadi seseorang yang harus saya temui dengan penuh sopan santu :).

Anak-anakku... semua, Sekali lagi Selamat ya... kalian dah berhasil menyelesaikan tantangan. Tapi tantangan yang lain juga sudah menunggu kalian untuk diselesaikan. Selamat jalan, selamat berjuang, semoga keberhasilan akan selalu kalian dapatkan ... amin.

(hemm... sayangnya aku belom dapatkan foto-foto kalian waktu wisuda an...)
Finda... ahmad, mungkin beberapa saat lagi kalian juga akan melewatinya... tetap semangat ya.

Hari itu baru dimulai

Hemmm...
Saat ini hari baru dimulai...saat hujan pertama kali membasahi bumi, setelah berbulan-bulan kekeringan. Seperti orang yang dahaga, butiran air yang jatuh diatas permukaannya ... terserap begitu saja .. tak bersisa.

Aku, baru saja selesai memahami ... untuk apa hujan harus turun ke bumi. Satu pertanyaan yang kembali mengusikku beberapa hari ini. Seperti sebuah kenangan yang telah hilang tiba-tiba muncul, dan membuatku tak bisa tidur.

Hemm.. untungnya hari baru saja dimulai... tapi aku sudah merasa makin usang... di dunia ini..